Rabu, 25 Juli 2012
Malam pertama dan malam terakhir
Malam pertama …
Malam itu adalah Malam Pertama Di Alam Kubur
Pernahkah engkau melihat kuburan?
Pernahkah engkau melihat gelapnya kuburan ?
Pernahkah engkau melihat sempit dan dalamnya liang lahat ?
Pernahkah engkau membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur ?
Sedarkah engkau bahawa kuburan itu dipersiapkan untukmu dan untuk orang-orang selain darimu ?
Bukankah telah silih berganti engkau melihat teman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga terdekatmu diusung dari dunia fana ini ke kuburan ?
Apakah Malam Pertama Kita di Alam Kubur Nanti Asyik dan Nikmat atau Penuh Derita dan Sengsara? Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur?
Tidakkah engkau tahu, bahawa ia adalah malam yang sangat mengerikan. Malam yang karenanya para ulama’ serta orang-orang yang sholeh menangis dan orang-orang bijak mengeluh. Apa tidaknya, kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeda. ”Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu. Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, fikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?”
Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat handai taulan, dunia yang diterangi dengan lampu-lampu yang berbagai warna dan sinar, dunia yang dihidangkan dengan berbagai makanan yang lezat-lezat serta minuman yang berbagai macam juga, tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam alam yang kelam gelap-gulita, lilin-lilin yang menerangi dunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan, dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah.
Pada saat kita mulai membuka mata di malam pertama kita di alam kubur, segala-galanya amat menyedihkan, raung memenuhi ruang yang sempit tapi apakan daya semuanya telah berakhir. Itukah yang kita maukan? Pastinya tidak bukan? Oleh karena itu beramallah dan ingatlah senantiasa betapa kita semua akan menempuh Malam Pertama Di Alam Kubur! Di dalam usahanya mempersiapkan diri menghadapi malam pertama tersebut, adalah diceritakan bahawa Rabi’ bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya. Bila ia mendapati hatinya keras, maka ia masuk ke liang kubur tersebut.
Ia menganggap dirinya telah mati, lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia, seraya membaca ayat: “Ya Rabbku, kembalikanlah aku semula (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal soleh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu).” (Surah Al-Mu’minun, ayat 99-100)
Kemudian ia menjawab sendiri; “Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi’..” Dan disebabkan hal tersebut, Rabi’ bin Khutsaim didapati pada hari-hari sesudahnya sentiasa dalam keadaan beribadah dan bertaqwa kepada Allah! Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerena takut akan hausnya di hari penyesalan? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerena takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh karena itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya. “Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!”
Kematian itu pasti. Ia tidak meleset meski hanya sedetik. Ia bisa datang dengan tiba-tiba. Ia misteri. Kerenanya setiap orang semestinya selalu siap. Dan tentu, khusnul khatimah harus menjadi pilihan. Untuk mencapai itu, harus melalui jalan syari’at dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Ta’ala. Tanpanya, khusnul khatimah itu nihil. Bukankah, perahu tak akan berjalan di daratan?
Wahai orang tua yang telah bongkok punggungnya dan dekat ajalnya, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Wahai pemuda gagah yang bergelimang harta dan sejuta asa, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Ia adalah malam pertama dengan dua wajah, mungkin menjadi malam pertama bagi malam-malam syurga berikutnya, atau menjadi malam pertama bagi malam-malam neraka selanjutnya.
(Dipetik dari buku Dr Aidh Abdullah Al- Qarni)
Ku Merintih, Aku Menangis, Ku Meratap, Aku Mengharap, Ku Meminta Dihidupkan Semula, Agar Dapat Kembali Ke Dunia Nyata,
Perjalanan Rohku, Melengkapi Sebuah Kembara, Singgah Di Rahim Bonda,Sebelum Menjejak Ke Dunia, Menanti Di Barzakh, Sebelum Berangkat Ke Mahsyar, Diperhitung Amalan, Penentu Syurga Atau Sebaliknya,
Tanah Yang Basah Berwarna Merah, Semerah Mawar Dan Juga Rindu, 7 Langkah Pun Baru Berlalu, Seusai Talkin Penanda Syahdu, Tenang Dan Damai Di Pusaraku, Nisan Batu Menjadi Tugu, Namun Tak Siapa Pun Tahu Resah Penantianku,
Terbangkitnya Aku Dari Sebuah Kematian, Seakan Ku Dengar, Tangis Mereka Yang Ku Tinggalkan, Kehidupan Disini Bukan Suatu Khayalan Tetapi Ia Sebenar Kejadian
Kembali Oh Kembli, Kembalilah Kedalam Diri, Sendirian Sendiri, Sendiri Bertemankan Sepi, Hanya Kain Putih Yang Membaluti Tubuhku,Terbujur Dan Kaku, Jasad Terbujur Didalam Keranda Kayu,
Ajal Yang Datang Dibuka Pintu , Tiada Siapa Yang Memberi Tahu, Tiada Siapa Pun Dapat Hindari, Tiada Siapa Yang Terkecuali, Lemah Jemari Nafas Terhenti, Tidak Tergambar Sakitnya Mati, Cukup sekali Jasadku Untuk Mengulangi,
Jantung Berdenyut Kencang, Menantikan Malaikat Datang, Mengigil Ketakutan Gelap Pekat Dipandangan, Selama Ini Diceritakan Kini Aku Merasakan Dialam Barzakh Jasad Dikebumikan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar